Museum Perkebunan Indonesia, Menghubungkan Masa Lalu dan Masa Depan

by - May 13, 2017



Museum ? Saya suka sekali dengan museum. Kali ini kunjungan kami sekeluarga adalah ke Museum Perkebunan Indonesia
Museum yang terletak di jalan Brigjen Katamso no 53 ini masih terhitung belia. Diresmikan pada tanggal 10 Desember 2016 lalu.  Museum Perkebunan Indonesia dengan tagline nya menghubungkan masa lalu dan masa depan ini adalah museum khusus perkebunan pertama di Indonesia. Keren kan ?

Aura menarik sudah saya rasakan saat memasuki halaman yang merupakan bagian dari Kantor Pusat Penelitian Kelapa Sawit ( KPPS ) ini. Meski dari luar pagar nampaknya tidak menarik, tapi begitu masuk ke halamannya ... semua pandangan itu akan berubah. Saat menginjakkan kaki tepat di halaman museum, saya langsung terpesona dengan jalannya. Tampak hitam legam, bukan dari aspal melainkan dari  cangkang kelapa sawit yang sudah dibakar. Cantik sekali

Cangkang kelapa sawit yang sudah dibakar dimanfaatkan untuk permukaan jalan

Gedung berarsitektur Eropa dengan cat putih terlihat sangat cantik menyambut kami. Dengan membayar 5 ribu untuk tiket anak  dan 8 ribu untuk dewasa. Untuk turis asing 25 ribu. Parkir kendaraan 5 ribu rupiah untuk mobil. Cukup terjangkau kan. Buka mulai jam 09.00 hingga jam 16.00. Khusus hari Senin dan hari libur nasional, museum ini tutup

Museum ini awalnya adalah rumah direktur APA ini sudah disulap menjadi lebih modern. APA adalah singkatan dari  Algemeene Proefstation der AVROS ( Algemeene Vereeniging van Rubberplanters ter Oostkust van Sumatera ). Yaitu sebuah lembaga penelitian perkebunan pertama di Sumatera. Di tahun 1957 Pemerintah Indonesia mengambil alih gedung APA dan berganti nama menjadi RISPA ( Research Institute of Sumatera Planters Association ).  Dan mulai 26 September 1992 menjadi Pusat Penelitian Kelapa Sawit ( PPKS )

Pintu depan museum
Ruang tentang sejarah perkebunan Indonesia

Ruang pertama adalah ruang sejarah tentang perkebunan di Indonesia. Disitu terdapat tulisan bagaimana awalnya penjajah Portugis masuk ke Indonesia untuk mengambil rempah-rempah hingga perkembangan perkebunan di Indonesia hingga saat ini. Terdapat juga  foto lama gedung museum ini

Dan yang menarik perhatian saya salah satunya adalah dipamerkannya sebuah sistem pendataan manual canggih tanpa komputer untuk mendata para pekerja perkebunan pada masa pendudukan Belanda

Sistem pendataan pekerja perkebunan tanpa komputer, yang pada masa itu digunakan untuk mendata pekerja yang didatangkan dari pulau Jawa, India serta Cina


Mulai deh isengnya, Kakak lagi serius ngedengerin Pak Faisal. Eh kok papanya iseng jadi pemandu museum ... wkwkwk

O iya, sebaiknya masuk museum ini memakai pemandu wisata ya supaya bisa mendapatkan banyak pengetahuan dan ilmu baru. Dan tentunya perjalanan di museum jadi lebih menyenangkan

Masuk ke ruangan selanjutnya dipamerkan tentang perkebunan kelapa sawit, teh, tebu, kopi , lada, kakao, karet dan tembakau. Pak Faisal, sang pemandu museum menjelaskan tentang manfaat kelapa sawit. Dan disitu saya baru tahu bahwa kelapa sawit juga dijuluki sebagai tanaman seribu manfaat. Nyaris semua bagiannya bisa dipakai

Cangkangnya dibakar lalu bisa digunakan sebagai bahan bakar industri dengan harga 800 rupiah per kg. Buahnya sendiri untuk minyak ( dengan berbagai turunannya dan khusus untuk kualitas terbaik merupakan komoditi ekspor bukan untuk pasar dalam negeri , disitulah saya merasa sedih ). Lidinya sendiri juga diekspor dan kayunya bisa digunakan sebagai kerajinan

Olahan dari kelapa sawit, minyak goreng di pasaran bukan salah satu diantara itu ya. Bahkan gak ada dipamerkan di museum ini

Bersama Pak Faisal mendengarkan tentang tembakau di Indonesia

Selain kelapa sawit, penjelasan Pak Faisal tentang perkebunan tembakau sangat menarik perhatian saya. Tembakau terbaik di dunia dihasilkan di tanah Deli ini. Ya tembakau dari tanah Deli ini adalah yang terbaik di dunia

Bukti dari kejayaan tembakau Deli di masa lalu adalah istana Maimun dan juga beberapa fasilitas serta bangunan lain yang ada di Medan ini. Seperti Gedung London Sumatera, Hotel De Boer atau yang sekarang lebih dikenal dengan Hotel Inna Dharma Deli, Kantor Pos Pusat , Lapangan Merdeka, Rumah Sakit Tembakau Deli, gedung-gedung di seputaran Kesawan dan juga perkereta apian di Sumatera Utara ini. Dan masih banyak lagi bukti sejarah tentang kejayaan tembakau Deli masa itu

Tapi sayang dari 29 perkebunan tembakau Deli peninggalan Belanda dan sekarang yang masih beroperasi hanya di Klumpang / Klambir, Kabupaten Deli Serdang. Berkurangnya lahan perkebunan ini lebih disebabkan oleh penyerobotan oleh masyarakat. Tembakau Deli hanya diperuntukkan untuk komoditi ekspor saja dan digunakan untuk bahan cerutu milik pabrikan cerutu terbaik dunia

Patung seorang pekerja sedang menyortir kualitas tembakau. Ada 30 jenis warna berbeda. Kayu berwarna-warni itu untuk menentukan ukuran daun


Cerutu yang menggunakan tembakau Deli
Kelapa sawit sudah, tembakau juga sudah. Di sudut lain juga dipamerkan kopi, kakao, lada, teh, lada, tebu dan juga karet. Ada terpampang foto Oey Tiong Ham, sang Raja Gula Asia dari Semarang. Dan juga terdapat alat-alat untuk mengambil getah karet. Menariknya sebuah batang karet dipasang di ujung ruangan beserta alatnya dan bisa digunakan untuk foto 3 D seolah-olah kita sedang mengambil getah karet  

Di sudut kanan, bisa digunakan untuk foto 3D
Biji karet dan peralatan untuk mengambil getah
Oey Tiong Ham , Raja Gula Asia dari Semarang

Di lantai 1 ini juga terdapat ruangan buat penyuka foto bergaya. Sebuah ruangan foto 3 D disediakan secara khusus. Hanya saja kita dikenai biaya lagi sebesar 10 ribu rupiah per orang untuk masuk kedalamnya di luar tiket masuk. Di dalamnya terdapat 4 spot foto yang masih bertema perkebunan. Dan tak lupa juga ada kantin yang menyediakan minuman serta souvenir. Ada mug lucu dari plastik seharga 50 ribu , kalung kecil dan juga kaos seharga 95 ribu rupiah

Ruang foto 3 D, biaya 10 ribu per orang
Kantin ada di bawah anak tangga
 
Setelah puas di lantai 1, kami pun naik ke lantai 2. Tak hanya anak tangganya saja yang terbuat dari kayu, lantainya pun juga masih terbuat dari kayu. Ada perlengkapan yang digunakan untuk perkebunan dipamerkan disitu. Mulai dari alat jemur, troli angkut, miniatur rumah fermentasi tembakau, alat timbang hingga radio yang digunakan untuk para pekerja sebagai hiburan mereka

Keranjang untuk mengumpulkan tembakau
Kakak yang penasaran sama radio
Bungkus untuk tembakau  yang akan diekspor
Berbagai timbangan

Saya kira tur museum sudah selesai, rupanya Pak Faisal mengajak kami untuk keluar gedung. Disana diperlihatkan berbagai tanaman perkebunan yang masih kecil

Yang paling menarik di luar museum ini adalah lokomotif serta pesawat kecil yang sengaja ditaruh di halaman museum. Dan itulah yang paling sering menjadi objek foto warga dengan hanya membayar uang parkir saja tanpa harus membayar uang masuk museum. Pokoknya kalau pas lewat depan museum ini selalu  aja ada yang sedang berfoto disitu ... hehehe

Tanaman yang masih berukuran kecil ditanam di halaman museum

 
Pesawat yang didatangkan dari Amerika pada tahun 1958 ini digunakan untuk menyemprotkan pestisida pada tanaman tembakau Deli. Dikarenakan alasan teknis dan reguler lingkungan hidup, pengoperasiannya dihentikan pada tahun 2007


Montik atau kepala kereta api ini buatan Jerman dengan merk Schoma. Digunakan untuk mengangkut kelapa sawit . Pengoperasiaannya dimulai dari 1982 hingga 2015
Lokomotif merk Durco & Brauns dari Belanda. Dibuat tahun 1940. dan diopersikan terakhir pada 1996 oleh PTPN IV


Sungguh liburan edukatif yang menarik buat saya sekeluarga. Gimana pendapat kawan-kawan tentang museum ini ? Menarik bukan. Pak Faisal pun menyampaikan pesan kepada saya untuk mengajak kawan- kawan semua berkunjung ke Museum Perkebunan Indonesia ini. Ayo ajak anak, saudara atau kawan berkunjung ke Museum Perkebunan Indonesia


You May Also Like

5 comments

  1. Museumnya apik mbak. Kalo semua museum di indonesia kayak gini bakal betah berlama-lama di museum..heehe

    ReplyDelete
  2. Salam kenal ibu Dila,

    Museumnya bagus. Anak-anak bisa belajar perkebunan Indonesia. Oh, ya, ada souvenirnya, bisa buat oleh-oleh setelah menjelajah museum.

    ReplyDelete
  3. Toss yuk 😀😀😀 Aku juga demen berkunjung ke museum. Traveling plus belajar sejarah dg cara yg menyenangkan ya bu. Museum perkebunan bagus banget ya jika kita sudah masuk ke dalamnya.

    ReplyDelete
  4. Deli itu di Sumatera ya mbak? Saya tertarik banget berkunjung ke Museum Perkebunan Indonesia karena suami saya kan berkebun kelapa, kakao, manggis dan cengkeh. Tapi areanya sih nggak begitu luas karena lahan pribadi yang diberikan turun-temurun. Memang begitulah sebagian besar mata pencaharian penduduk di Bali sini, apalagi saya tinggalnya yang di kampung banget, desa yang masih didominasi sawah dan kebun. Makanya pengen banget bisa main kesana sekeluarga. Tapi kok ya berat di ongkos transportnya daripada tiket masuk museumnya kalo saya kesana hehehe. Museumnya terlihat rapi, bersih dan minimalis. Apalagi mereka cukup inovatif dengan memakai cangkang kelapa sawit untuk jalan masuk. Keren banget deh! kalau di Bali sini cangkang kelapa mah berjibun ditumpuk-tumpuk di tempat ngopra.
    Btw, itu pakai pemandu wisata ada jadwalnya dan ada tambahan biayanya nggak? Apa pengunjung perlu mengajukan secara khusus?

    ReplyDelete
  5. Bagus ya tempatnya. selain bisa memberikan edukasi tempat ini juga bisa dijadikan tempat rekreasi bersama keluarga

    ReplyDelete